25 September 2009

Wawasan ( Copy PasteTaurus16’s Weblog)

Surat Al-Fatihah

April 18, 2009 ·

SURAT AL-FAATIHAH

Surat Al Fatihah, 7 ayat Makkiyyah

ڊسم الله الر حمن الر حيم
1. Mudah-mudahan-1) saya-2) adalah hidup menurut Ilmu Allah-3), yang telah mengajar Al Qur’an -4) (Nur menurut sunnah rasul-5) lawan Dzulumat menurut sunnah syayatin) yang memberi kepastian menurut pilihaan masing-masing-6).

الحمدلله رب العلمين
2. …….. -7) menjadi penyanjung hidup-8) menurut Ilmu Allah pembimbing semesta kehidupan.

الرمن الرحيم
3. …… yang telah mengajar al Qur’an (Nur m.s.R lawan Dzulumat m.s.Sy)yang memberi kepastian menurut pilihan masing-masing.

ملك يٯ م الد ين
4. ……. Yang menguasai jalannya (peredaran) hidup menurut pilihan masing-masing.

اياك نعبد ٯ اياك نستعين
5. Hanya menurut Anda itulah kami hidup mengabdi dan hanya menurut Anda itu jualah kami menadahkan satu kehidupan saling tolong-10).

اھدنا الصرط المستقيم
6. (Maka dengan Al Qur’an m.s.R. Anda) pedomanilah kami satu sistim kehidupan tangguh tiada tanding.

صرط الذين انعمت عليھم غير المغضوب عليھم
ولا الضالين
7. Satu sistim hidup yang Anda telah memantapkan menjadi kehidupan (sunnah) para Anbiya-11) bukan sistim aduk-adukan yang terkutuk -12), juga tidak sistim pendukung dzulumat m.s.Sy.-13).

Catatan kaki:
1. Ingat bahwa semua bentuk kalimat S. Al Faatihah, lebih-lebih dalam hubungan dengan sholat ialah doa, mengandung arti mudah-mudahan, semoga, kiranya, dsb.
2. Istilah “saya” (ana, pihak ke-1, adalah perubahan sebagai jawaban dari dan atau terhadap perintah “iqra” (anta), pihak ke-2 (kitab) …… “dan ingat arti” Qara-a- yaqra-u – qira-atan, qur-anan” ialah baca hingga yang dibaca itu menjadilah pandangan yang membacanya. Isinya adalah Nur dan Dzulumat (qadar).
3. Istilah “ismun”, jamaknya “asma’un”, berarti nama atau berdasar S. Al Baqarah ayat 31, “wallama Adama (‘ilman) al asma-a”, menjadi alternatipnya disini ialah “ilmu” atau ajaran Allah”.
4. Hubungkan dengan S. Ar Rahmaan: 2 berarti Al Qur’an satu ilmu.
5. Istilah “menurut sunnah rasul”, hubungkan dengan hadits: “Inna ashdaqal hadists kitabullah wa khairu huda huda Muhammad ……”, menjadi Al Qur’an ilah penjelmaan kalam Allah menjadi “menurut sunnah rasul Muhammad saw”, hubungkan juga s. al Baqarah: 257, dsb.
6. Hubungkan dengan S. Al Fath: 29 : rukhamaa (jamak)- rakhim (mufrad) berarti ilmu sudah menjelma menjadi satu kenyataan hidup dari hasil satu pilihan.
7. Tanda elip (…) ialah isarat bahwa pokok atau pokok dan keterangan kalimatnya dibuang (madhluf) dibuang sebutannya tetapi tetap dipakai.
8. Isatilah “Alhamdu” bisa berbentuk masdar dan bisa pula berbentuk kata pelaku (isim fa’il dalam bentuk musabbahaah atau muballahah berdasar alasan sharfiah. Dan berdasar teori kalimat (nahwiyah) dengan tujuan utama ialah kalimat sempurna (kalimatun tamun) maka alternatif “Alhamdu” disini ilah kata pelaku (imbuhan pe- + masdar = sanjung) menjadilah alternatifnya ialah penyanjung. Alternatif masdar akan mengakibatkan kalimat menjadi “gharib” (tidak sempurna maka perhatikan ancaman surat taubah : 32 dan s. Shaff: 8..
9. Hubungkan dengan S. Al Kaafiruun: 6, “Din” (sama dengan sabil atau shirath), berarti dinul islam satu penataan hidup haq m.s.R. dan atau din batil ialah pilihan dzulumat m.s.Sy.
10. Hubungkan dengan S. Ruum: 21, dinul islam dinamakan “mawadah dan rahmah”, dan simpulkan dengan S. An Nasr: 1, “Nasrullah wal fathu”, kata hadits “kaljasadi ….”.
11. Hubungkan dengan S. Al Baqarah: 123, 133 dan 136, S. Al Maidah: 3, dsb.
12. Hubungkan dengan S. Al Baqarah: 42, 79 dan 85, S. Ali Imran: 71, dsb. S. An Nisa’: 51 menyebut “Jibti” = idealisme dsb.
13. Hubungkan dengan S. Al Baqarah: 257, “thaghut” ialah pendukung naturalisme ialah penyalahgunaan dzulumat m.s.Sy terbagi kedalam individualisme (liberalisme) dan kolektivisme (komunisme, sosialisme, dsb) dari itu, bagi siapa yang mau melakukan studi Al Qur’an maka perhatikan perintah S. An Nahl: 98 dan 99, “fas ta’idz billlahi minasy syaitannirrajiim”.

(bahan dari Ahmad Hs, pemilik dan penerbit QTs)


Tidak ada komentar: